Wednesday, January 21, 2015

Pembahasan Fenomena Sosial dalam Film Denias, Senandung di Atas Awan

Denias Senandung Di Atas Awan.jpg

Definisi Ilmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial Dasar adalah suatu pengetahuan yang menelaah masalah-masalah sosial yang timbul dan berkembang, yang diwujudkan oleh masyarakat dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan dalam ilmu-ilmu sosial.


Definisi Fenomena Sosial
Fenomena Sosial dapat diartikan sebagai gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan dapat diamati dalam kehidupan sosial.





Review Film Denias
Di balik kehidupan alam dan kekayaan sumber daya alam serta keunikan kehidupan suku-suku asli, tanah papua ternyata menyimpan satu kisah yang mengisaratkan keteguhan hati seorang anak manusia untuk berjuang dan berpetulang menghadapi setiap tantangan dan kesempatan menuju hidup yang baru. Film bertajuk DENIAS, SENANDUNG DI ATAS AWAN, ini bercerita tentang sosok kehidupan Denias (Albert 'AFI Junior' Fakdawer) yang terlahir sebagai anak seorang petani dari sebuah suku yang hidup di pedalaman di kampong Arwanop. Film besutan sutradara John De Rantau ini juga menampilkan beragam sisi budaya perjalanan hidup seorang manusia papua, mulai dari upacara memakai koteka, upacara duka mandi Lumpur dan potong jari. Dunia Denias sendiri pada awalnya digambarkan tak beda jauh dengan anak-anak desa seumurnya, dunia Denias hanya bermain dan bersekolah serta membantu ayah di ladang. Semua sama, hanya kepekaan dan kekuatan hati yang membuat Denias berbeda. Denias tak bisa melupakan pembicaraan dan nasehat orang tua seputar betapa pentingnya sekolah. Betapa luas dunia yang bisa dimasukinya dengan bersekolah yang bisa membuatnya menjadi pintar. Demi bisa mengenyam pendidikan, Danias rela berjalan kaki seorang diri selama sepuluh hari melewati gunung, ngarai, hutan dan sungai. Sayang, setibanya di sekolah yang dituju, Danias tak bisa langsung masuk ke sekolah tersebut. Namun niat dan kesungguhan Danis mengetuk hati seorang guru (Mathias Muchus), dan dengan kebaikan dan perhatian Pak Guru, Danias bisa masuk ke sekolah dan menikmati nikmatnya duduk di bangku sekolah. Tak terkirakan betapa bahagia hati Danias. Sayang, hidup tak semulus lengkungan pelangi yang indah di kaki gunung Jawawijaya. Momentum hidup Denias seakan berhenti saat rentetan peristiwa duka menerpanya. Mama Denias (Audry Papilaja) yang selama ini menjadi salah satu penyemangat hidupnya telah tiada ditelan tragedi kebakaran yang menghanguskan honai keluarga mereka. Kepergian mama Denias disusul dengan pulangnya Pak Guru ke tanah jawa karena isterinya yang sakit keras. Padahal pak Guru lah yang selama ini selalu menyediakan kesempatan untuk belajar sekaligus selalu menantang Denias untuk mengerjakan soal yang lebih sulit. Pak guru juga yang membukakan mata Denias bahwa anak dari pedalaman papua bisa maju dan juga pintar. Yang pasti, DENIAS, SENANDUNG DI ATAS AWAN mampu memberikan warna lain dalam khasanah perfilman tanah air. DENIAS ringan, mudah dicerna dan bisa ditonton semua anak. DENIAS juga memberikan sebuah kekuatan, kekayaan dan keindahan alam Papua yang terlihat sengaja dieksploitasi Alenia Pictures. Yang pasti DENIAS sukses memberikan tontonan menghibur dan sarat nilai budaya Indonesia, dan benar-benar dipersembahkan untuk anak Indonesia. 



Analisa Fenomena Sosial (Kemiskinan)
Fenomena Sosial yang terjadi dalam film ini adalah kemiskinan, kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memilihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisik dalam kelompok tersebut. Dan dapat diartikan juga sebagai kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di banyak negara-negara berkembang (LDCs), tidak terkecuali di Indonesia.
Denias, seorang anak yang berasal dari kampung Arwanop, Papua, mempunyai tekad yang kuat untuk tetap bersekolah meskipun banyak keterbatasan yang dimilikinya. Ia harus menempuh perjalanan selama kurang lebih 10 hari untuk sampai di sekolahnya dengan berjalan. Ia merupakan anak dari seorang petani miskin yang tidak pernah merasakan bangku pendidikan. Setelah ditinggal mati oleh Ibunya, Denias tinggal hanya berdua dengan ayahnya saja. Ketika ia ingin kembali bersekolah, ayahnya melarangnya, karena ia dipaksa untuk membantu ayahnya bekerja diladang, dan bersekolah bukan kewajiban menurut ayah Denias. Ini merupakan contoh efek kemiskinan yang membuat orang-orang didalamnya tidak bisa berpikir untuk mencari cara untuk merubah takdir kehidupannya. Dimana ayah Denias tidak mau anaknya bersekolah karena menurutnya tidak akan merubah kehidupan dan hanya membuang-buang waktu saja. Ini yang mengakibatkan kehidupan di Papua terbelakang dan tidak merata. Para orang tua tidak berpikir bahwa pendidikan itu penting, dan dapat memajukan cara berpikir anak-anak mereka untuk menjadi orang-orang sukses di masa mendatang. Keterbatasan di Papua juga menyebabkan ketimpangan sosial dimana banyak pihak asing berdatangan untuk mengambil kekayaan alam papua, mereka membangun tambang emas, membangun sekolah elit, rumah-rumah mewah, pusat perbelanjaan yang hanya boleh dimasukki oleh orang-orang kaya dan terpandang, mereka pun sebenarnya berbagi sebagian kecil keuntungan mereka kepada penduduk, namun pembagian itu jelas hanya sampai ke segelintir orang atau oknum yang hanya ingin memperkaya diri mereka sendiri, ketua suku, kepala-kepala daerah, tapi  penduduk Papua yang lain, tetap miskin. Cukup miris melihat kondisi penduduk Papua yang kini masih hidup terpuruk dalam kemiskinan.






Additional Informations got from: